Seandainya Setiap Pemuda Mau Berkontribusi

PemudaSurabaya, ini pertama kalinya aku menginjakkan kaki di Jawa Timur ini. Aku dan Arnald menumpang menginap di rumah kos kakak sepupunya. Namanya Yuli, ia yang kemudian mendedikasikan dirinya untuk menjadi salah satu volunteer pada kegiatan sosial disini. Kami tidak memiliki bayangan tentang kegiatan sosial apa yang akan kami kerjakan di Surabaya.

Untuk pertama kalinya aku bepergian dengan seseorang yang belum lama ku kenal. Arnald, kami sama-sama anggota di Cakrawala Writing Club. Komunitas yang berada di bawah naungan Gerakan Mari Berbagi ini telah mendidik kami untuk menjadi orang-orang yang setiap hari bertanya kepada diri sendiri “Kontribusi apa yang telah ku berikan untuk bangsa ini?”. Atas dasar itulah kami disini sekarang, salah satu kota yang menjadi tujuan kami.

Sebelumnya di Jogja, kami telah berhasil membantu anak jalanan yang mengamen dengan menjadikan mereka pedagang asongan. Di Semarang, kami bertemu dengan seorang ibu yang merupakan penjaja kaset bajakan di jalanan. Kaset-kaset yang hanya dimasukkan ke dalam kantong plastik lalu ditawarkan kepada orang-orang yang ia temui di jalanan. Kami membantunya dengan membelanjakan barang-barang dagangan supaya dia bisa menambah penghasilan dengan menjadi pedagang asongan.

Jujur, kami merasa menjadi kurang kreatif kalau seandainya melakukan kegiatan sosial yang sama di setiap kotanya. Paling tidak, di Surabaya harus berbeda. Beruntung sekali, teman kami dari Jakarta memberikan kontak mahasiswa di Surabaya. Mereka calon volunteer yang akan menjadi partner dari Komunitas Sahabat Pulau untuk mendirikan cabang disana.

Jam menunjukkan 9.30 Am saat kami menemui mereka di salah satu Restaurant Fast Food. Zacky sudah menunggu kami. Aku, Arnald dan Yuli langsung saja mengambil tempat di depan Zacky. Setelah sesi perkenalan, lalu kami mulai berdiskusi. Tak lama kemudian Dovan kawannya Zacky juga bergabung bersama kami.

Kami berdiskusi banyak hal tentang masalah pendidikan di Indonesia dan peran yang bisa kita ambil sebagai pemuda. Bahwa menjadi pemuda tidak hanya bisa melontarkan kritik dan membicarakan masalah yang ada. Namun, bagaimana mengambil peran dan mengerjakan apa yang bisa dikerjakan. Walaupun sifatnya kecil tetapi sudah membantu negara untuk mengurangi permasalahan tersebut. Sebenarnya ini bagian dari misi perjalanan kami. Bahwa kami membawa misi berbagi ini di setiap kota yang kami singgahi. Berharap memberikan kesadaran kecil kepada orang-orang terutama pemuda untuk berpikir setiap harinya mengenai kontribusi apa yang dapat diberikan untuk membuat bangsa ini jauh lebih baik.

“Jadi menurut kalian apa yang harus kami lakukan untuk persiapan launching Rumah Baca disini” Zacky menanyakan pendapat kami tentang hal-hal yang harus dipersiapkan untuk mendirikan sebuah Rumah Baca di Surabaya. Rumah baca itu bertujuan untuk menfasilitasi anak-anak marginal dalam belajar. Para volunteer akan mengadakan jadwal belajar rutin seminggu sekali. Tidak hanya belajar, para volunteer akan mendampingi anak-anak tersebut dan mereka siap membantu anak-anak yang putus sekolah untuk tetap bisa belajar bersama mereka atau mencarikan beasiswa supaya anak-anak itu dapat melanjutkan sekolah. Rumah Baca juga berfungsi sebagai basecamp bagi volunteer.

Kami urutkan hal-hal yang harus dilakukan oleh mereka mulai dari tahap mengumpulkan volunteer, observasi lokasi untuk Rumah Baca, melakukan kerja sama dengan pejabat daerah setempat seperti kepala desa dan lainnya, lalu mengumpulkan siswa serta membuat jadwal belajar untuk mereka. Zacky mencatat itu di catatannya.

Akhirnya aku dan Arnald memutuskan bahwa itulah kegiatan sosial kami di Surabaya. Membantu para volunteer ini menyusun konsep Rumah Baca dan membelikan mereka beberapa peralatan Alat tulis kantor yang dibutuhkan untuk Sekretariat volunteer.

Hari itu mereka membuat surat setelah serah terima barang-barang yang kami belanjakan untuk mereka. Sebagai bentuk komitmen, mereka membuat pernyataan bahwa sebagai volunteer, ke depan nereka akan memdirikan Rumah Baca dan membantu meningkatkan kualitas pendidikan disana.

Aku sangat bangga dengan mereka. Ada perasaan haru saat kami berpisah kemudian. Yuli, Zacky, Dovan dan Donny, mereka adalah orang-orang yang berani mendedikasikan diri untuk menjadi volunteer karena hasrat dalam diri mereka bicara bahwa mereka harus melakukan ssesuatu untuk bangsa. Seandainya setiap pemuda berpikir seperti itu, tidak perlu hal-hal yang besar, cukup satu orang pemuda mengambil satu porsi yang bisa dilakukan untuk bangsa ini. Maka sungguh akan terjadi perubahan yang luar biasa. Bukan hanya mengutuki apa yang terjadi tetapi bertanya kontribusi apa yang dapat diberikan. Semoga saja ada banyak pemuda yang sadar akan hal ini.

Agustina

Anggota Cakrawala Club

Surabaya, 29 Agustus 2013

Leave a comment